Senin, 18 Oktober 2010

Bersenandung jerit

Tangan ku menari menyemai tinta.
Bersenandung jerit yang ku bawa.
Melodi gendang nadiku berdegup iba.
Hentakan kakiku memecah biduk yang mendua.
,,suara hatiku terus bergema.
Memaksa tangan tiada berhenti menulis kata.
Tak peduli tiada org yg sudi membaca.
Tak ku hirau ada insan mencemoh hina.
..tarian tanganku seolah bernyawa.
Mencakar buas bagai amukan srigala.
Mencari tuan yg telah lama tak bersua.
Menunggu ke ajaiban entah kapan mimpi menjadi nyata.

Salam,rindu siami

Rindu Dan Cinta

Aku rengkuh sendiri jiwaku
Aku dekap...walau terasa muak
Kau yang tak pernah cerahkan kesendirianku
Selalu beranjak pergi bila menatap perihku


Lihatlah dengan jelas irama hari ini
Tanpa hiasa apapun di kanan & kiri
Hingga kau picikkan pikiranmu
Walau sejenak 'tuk sekedar ungkapkan
"Aku merindukanmu..."


Aku tahu kau telah abaikanku
Hingga senja sore tadi pun meredup
Bahkan sampai tak terdengar jelas nyanyian camar mengiringi kepergian hari...


Dan juga q lihat...lautan cintamu
T'lah menyudut di akhir senja...
Tahukah engkau, di sini q mendoakanmu setiap waktu
Dan selalu brharap...
Saat esok fajar menyingsing
Aku ingin tuliskan sesuatu dari buih di hatiku....


#*"WAHAI UNTAIAN MENTARI PAGI
JIKA SENJA TELAH MENYURUT LAGI KEBELAHAN BUMI BAGIAN BARAT...
TITIPKAN SALAMKU UNTUKNYA...
UNTUK JANTUNG HATIKU DI MANA PUN IA BERADA
DAN SAMPAIKAN PERMINTAAN MAAFKU KEPADANYA
KARENA AKU MENCINTAI & MERINDUKANNYA..."*#


From: Lathika Malik Ilham

Jumat, 15 Oktober 2010

GUNDAHKU

Sejalan dengan kereta waktu....
Yang singgah disebuah hentian tak berpenghuni...
Kuturun...dan bertanya.....
Siapakah yang ada disitu ?

Jawab yang ada adalah...."aku hanya sendiri disini"..
Kusenang dan menumpang singgah....
Tak ingin berlama...tapi ternyata selamanya....

Putaran waktu terus berlalu....
Hingga hantarkan dalam bilang hari, minggu dan bulan...
Telah hadir sebuah musim disini....yakni musim semi...

Kusenang, kuriang....untuk terus dan terus bermain...
Tapi terkadang ketika perih menghunjam...kujadi gundah....
Ujarku terkadang seperti lintah....
Candaku terkadah melebihi madah yang berkisah...
Tapi hati terdalamku "hanya ada sebuah bayang dan sebuah nama"
Telah terukir indah seperti ukiran rembulan dilangit malam...
Kuingin...nama itulah temanku sepanjang masa dan sepanjang waktu...

Tapi ketika dihentian itu telah hadir sebuah perih...
Maka perih itu...adalah GUNDAHKU...


By: Aku dipanggil Een

BIAS SENYUM DO,A ,GELANDANGAN}

Di rentang malam tergurat panjang.
Di bias rembulan yg memberi terang.
Di tepian sungai beriak tenang.
Di sini aku berdiri seorang.
...
Ya robb.
Senyum mu aku nantikan.
Kerana lama kau sembunyikan.
Biarlah ku timbun senyum rinduku
Kelak biar meledak bak mahameru.

Dalam termangu,,
Ku renggut kerikik di pinggir jalan,
Lalu..ku lempar jauh menggapai rembulan.
Namun..ia tak kan pernah mencapai arah tujuan.
Ia hanya mampu memandang.
Meski hanya selaksa bayang.

Dan kepadamu penguasa alam..
Selamatkan lah q yg hampir tenggelam.
Di lubuk nista yang merajam.

Terangi langkahku di jalan kelam.
Bimbinglah q,lepas dari cengkraman.
Masa masa nan hitam.

Ya illahi..
Dosaku membumbung tinggi.
Seluas hamparan laut yang tak bertepi.
Adakah engkau berkenan mengampuni.
Sebelum tubuh ini menjadi bangkai yang tak berarti.
 

BAIT-BAIT RESAH

meliuk semilir angin malam
menghantarkan nyanyian senyap
ketika legenda itu tiba dipendengaranku

seketika..
mata enggan terkatup
raga enggan tersempoyongkan dipembaringan
bahkan jiwa....terus berjalan seakan sesat
dan berputar dihamparan rerimba nan gelap

aku..
sukmaku...
seakan mengelabu dibalik awan nan gelap
ingin melukis pelangi namun gerhana yang terjadi
ingin meluruhkan rerintik embun
namun turun dengan badai yang dahsyat

ah.....
seakan ingin kuberlari kencang
sekencangnya angin taufan
agar bait-bait resahku yang mengelana dikalbu
termuntahkan bersama nyanyian sang alam....

aku....
dan bait-bait resahku
hanya bisa melunglai
bersama waktu yang kian gontai pergi
meninggalkan asaku yang kehilangan pendar

By: Aku dipanggil Een

At The Silent Street